A View From Passionisti

A View From Passionisti

Tuesday 28 December 2010

Sajak Muharam dan Natal (2)


Sabat Nan Syahdu


  
Senja menyapaku seperti hembusan angin
Bagai menunggang unta di padang pasir
Tangan hendak melambai, hati hendak menggapai
Diri hendak kembali pulang, sebab Jum’at menjelang
Kupandangi batu-bata pencakar langit demikian tenang
Matahari bergerak ke balik pohon-pohon besi yang menjulang





Aku pernah bertemu Tuhan,
dan aku akan berjumpa lagi dengan-Nya
Beberapa kali dan sesekali
Namun, tak terbilang sama sekali
Bagaimana dengamu? Apakah juga begitu?




Nyanyian dari kapel masih demikian jelas
Wajah ibuku dari Surga selalu membayangiku
Mereka lebih terang daripada suara di surau
Atau air mata wanita yang asing dari dirinya sendiri
Dia sering melemparkan batu membara neraka kepadaku
Dia tak sadar, betapa selalu menghijabiku dari wajah-Nya
Aku pernah murka, pernah meratapi celaannya



”Sekarang aku menghindar, sekarang aku meninggalkanmu,
Duhai yang berkhayal menjadi bidadari di Surga
Ambillah kunci pintu Surga itu untukmu dan bangsamu
Maukah kau tahu sebuah Rahasia?
Rahasia yang belum kau tahu?
Tidak, tentu. Karena kau tak mau tahu.
Tujuanmu adalah Surga. Surga. Surga.”



Dan aku?
Dengarkanlah nyanyianku.




Aku telah meninggalkan bukit-bukau kaca
Bukan sebab taman firdaus telah memanggil
Melainkan karena segala melenyap
Langit merangkul puncak gunung
Bumi menelan Matahari dan Bulan





Sesuatu telah pergi dariku.
Sesuatu telah meninggalkanku.
Diam-diam.



 
Aku mendengar
Suara berbisik lembut,
”Tiada ibu yang memelukmu
seperti Aku
”Tiada bapa yang membimbingmu
seperti Aku
”Tiada guru yang mengajarkanmu
seperti Aku
”Tiada sahabat yang menemanimu
seperti Aku
”Tiada kekasih yang mencintaimu
seperti Aku
”Tiada Cinta melainkan Aku.”



 
Aku hendak berlari
tapi, ”Tidak, jangan berlari!”
mengapa jauh-jauh mencari Aku?
mengejar-Ku seperti seorang gila?




Belum pernah kurasakan Sabat-Sabat
seperti sekarang
Loh Taurat tersibak
tetapi Tuhan menguji
sanggupkah aku mendengar suara Musa
walau hiruk-pikuk umat mengaduh, menyela?



 
Sebelum kau melupakan
ikan-ikan yang berjemur saat Sabat
dan kau lupa mereka yang menjadi kera
Wahai wanita bercadar di balik pintu,
Engkaukah yang melarangku bernyanyi
mendengar senandung Daud,
Wahai wanita bercadar di balik pintu,
engkaukah yang mengharamkan aku
membaca Zabur dengan nada-nada musik Tuhanku,
engkaukah yang hendak mengirimkan api neraka
sebab Mazmur kulagukan, bersama burung-burung
dan pohon-pohon yang bercahaya?



 
Telah kudengar puteri seorang darwis
Menyenandungkan 10 Perintah Allah
Tetapi, kau dan aku,
ada di mana?



 
Sabat demi Sabat nan Syahdu
Air mata Yesus menguap di antara
lembaran-lembaran Injil
Maaf, Yesus katamu? Yesus ataukah Isa?
Oh, haruskah kutertawa atau menangis?
Aku ingin mengadu kepada-Mu
mengapa mesti ada salib dan pedang,
lidah setajam belati,
kata-kata seperti peluru menerjang menembus jantung?




Maka kutahu jawabmu
Saudariku yang berselimut selubung surgawi
Ayat-ayat al-Quran yang paling sempurna
Sementara yang telah berlalu
biarlah berlalu
Lupakanlah Taurat, Zabur dan Injil,
sebab manusia telah mengubah isinya
seakan mereka lebih perkasa daripada Tuhan


Aku mendengar suara-suara
Aku mendengar panggilan-panggilan
Aku memilah-milah
Di antara kesunyian malam dan langit terang
Warna merah semburat melintas di antara awan-awan
Dan, kudengar tangis dan tawa dahan dan ranting
Daun-daun dan buah-buah senandungkan walayah mereka
Berwalayah mereka kepada yang tak mau kaukenal
dan aku merasa semakin dekat
dengan tangan Idris dan Khidir
Walau biara dan mushola telah mengusirku,
hatiku dipenuhi Yesus dan Imam Zaman.




 
Sabat nan Syahdu
Sejak aku mengenalmu, gembala kecilku
Aku dulu domba yang tersesat
Dalam kerumunan jemaat yang memanggil nama Tuhan
Di gereja maupun di masjid
Di kuil maupun pada berhala diri




Tiada henti ku memahat kata-kata Hunkar
dalam perjalanan
Tiada jemu ku menebar wangi syair-syair Yunus
dalam kembara
Tiada tekke yang menaungiku
Tiada pula zawiyah yang menampungku
Tidaklah kutiup seruling seperti Rumi
Semahku sendiri di dalam hati 



 
Hanya sepanjang Jalan
itulah mihrab panjang yang kutapaki



 
Di mihrab ini,
aku menari sendiri,
aku meratap sendiri.
Dalam sunyi senyap malam ini.
aku menyanyi,
“Yesus dan Imam Zaman akan kembali”



 
Tak peduli semua orang berkelahi
memperebutkan nama-Mu
mempertikaikan nama putra-putra-Mu
mengunci Surga-Mu hanya untuk kaumnya



Tak peduli, tak peduli,
wahai gembala yang kurindukan!
Dengarlah aku dari kejauhan
saat aku menyebut namamu.
Aku bahagia karena mendengar
senandung-mu



  
Senandung-mu
membawaku kembali
kembali berjumpa Tuhan




Tuhan, terimalah aku.
Tuhan, jangan lepaskan lagi dekapan-Mu!



Setiap hari yang kunanti
Setiap Jumat nan sendu
Setiap Sabat nan syahdu





kembali berjumpa dengan-Mu,
Tuhan.


(24-12-2010, 12.00 pm)
 

pictures sources:


http://farm1.static.flickr.com/11/91195493_39dc627246.jpg 
http://farm2.static.flickr.com/1225/973509409_15e7c77486.jpg 
http://static.realbuzz.com/images/articles/Jakarta%280%29.jpg 
http://www.israelity.com/wp-content/uploads/2008/11/Guy_Raivitz_Holy_Sepulchre_pilgrim.jpg
http://pratyeka.org/prokudin-gorskii/a-chapel-on-the-site-where-the-old-city-of-belozersk-stood-1909.jpg
http://c2.api.ning.com/files/pwhagGypIhpMe5WHM573d5FGmF86*4UnZXaLCahsSal3w8ntzDkFuc57m7VBWVFhc68Ktvxmv4X-wpp15WQb9cUsbcE9J3U1/2975466425_5ab0883b27_b.jpg
http://fc08.deviantart.net/fs38/f/2008/357/7/6/I_walk_a_lonely_road_by_shenanigan87.jpg 
http://places.mongabay.com/south_america/flamingo.jpg
http://pix.alaporte.net/pub/d/3337-1/Solitary+Fisherman+2.JPG
http://farm4.static.flickr.com/3658/3362683790_f40f086222.jpg
http://gallery.photo.net/photo/7204507-lg.jpg
http://26.media.tumblr.com/tumblr_ldreumBp1a1qb62c4o1_500.jpg
http://westernthm.files.wordpress.com/2010/08/bible1.jpg
http://farm4.static.flickr.com/3499/3919049659_2c793de485.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0d/Red_autumn_leaves.jpg
http://funnyanimals.zayebo.com/files/2009/04/cute-lamb-jumping.jpg
http://tumblrpics.files.wordpress.com/2010/07/lonely-path.jpg 
http://deadpoet88.files.wordpress.com/2010/10/night-sky.jpg
http://www.people.lu.unisi.ch/botturil/desktops/spring_grass.jpg
http://farm1.static.flickr.com/49/258279980_ba23d36cd5.jpg
http://i.pbase.com/u42/lloydl/upload/33332255.PurpleMeadows207.jpghttp://pictures.wayn.com/photos/800x/028618445_978102657.jpg
http://www.roomu.net/files/user10/wildflower-meadow-de1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvJR3GFk431uA07QfrF_7jN77hDf_V3eHt43koROLfiTTHGBaPDX_9cn5w5bsY3aWv-_k1chVjueYJoeaLTGvkIXCysv3_Si_9nxiFJfhV8XKIWeYNRaUyqcUcY2NsGE585u5AwYyJfMLk/s1600/The_Lonely_Road.jpg




 

On this lonely Road I walk alone

And when I found Your Home


I bow on Your door

Knocking it so slowly

and hoping You will open for me

and You hug me. 
"*_*" 

Wednesday 22 December 2010

A Poem of Muharram and December 2010

Wahai Burung Bulbul





Wahai burung bulbul 

Datanglah ke tepi jendela kamarku!  
Tidakkah engkau mendengarku 
Di kamar ini, sunyi lagi berdebu
Kastilku dikepung air dari segala penjuru
Hanya dapat kupandang langit membiru
Bunga-bunga teratai diam mengapung



Yesus, Yesus, kemana Engkau meninggalkanku?
Duhai bapaku Husain, kemana Engkau pergi?
 



 Mengapa, bisikmu,
Mengapa aku menangis
Meratapi pedang dan salib
yang telah kenyang menikmati
hidangan darah para penghulu Surga

 

Seorang perempuan berseru demikian lantang
Aku berasal dari Surga
Aku membawa Kebenaran
Tinggalkanlah ratapan
 Tinggalkanlah kebaktian
Tuhan telah menyiapkan neraka
Bagi mereka yang merayakan
Maulid dan Haul anak-anak Tuha
n




Wahai burung bulbul
Aku hanya memandang langit
dari balik jendela kamarku
danau demikian luas, tapi
lebih luas lagi laut
dan sungai yang mengalir
dari taman surgawi




Mengapa, bisikmu, lembut
Mengapa ragu begini?
Mengapa ragu memanggil
nama ibu bapakmu sendiri



  
Bunda Maria, Bunda Maria, ibuku, ini aku...
Bunda Fatimah, Oh Az-Zahra, raih tanganku...




Aku juga perempuan
Bukan dari Surga
Bukan pembawa Kebenaran
Hanya seorang pencinta
Yang mabuk kepayang
Anggur Tuhan telah kureguk 
 Dan hai, kau wanita berpurdah penuh
Hijab yang menyelubungi seluruh tubuhmu
telah menghijabimu dari wajah-NYA
  


 Aku telah terbang ke dua belas bintang
ke Barat dan ke Timur
telah kusaksikan sendiri Tuhan
dan kupeluk Dia seperti kupeluk ibuku




  
Sementara kau sibuk mengibarkan panji Islam
Ke sana ke mari menyeru
hidayah Tuhan hanya milik kaummu




Aku telah bersaksi melihat-Nya
Ke mana pun aku memandang
Ke mana pun aku bercermin




 Demikianlah di seberang sana surga luas
telah tersedia untuk bangsamu
Di seberang sini alam yang kau sebut neraka
adalah surga firdaus kami




Wahai burung bulbul,
Aku memanggilmu
Sambil bernyanyi
Sambil mendengar musik
Aku memuja nabi-nabi seperti
memuja cahaya hangat matahari
Tanpa mereka tiadalah mungkin
Aku tumbuh seperti begini





Mengapa khawatir, katamu
Mengapa mencemaskan segala sesuatu
Mengapa takut menjadi kurus, tegasmu
keEmpat Buku utama telah terhidang
bagai buah-buahan dari Eden untukmu
dan Buku-buku Suci lain adalah gudang-gudang Susu
  


Seorang perempuan sibuk mengurus surga dan neraka
Sementara kerjaku hanya merayu Tuhan
Kembalilah, kembalilah, jangan tinggalkan aku sendiri lagi




Guru-guruku telah menarik lembut seluruh jiwaku
Gembala-gembala itu meniup seruling
Membawaku ke padang rumput subur
Menangislah pada hari haul para kekasih Tuhan
Ucapkanlah salam pada hari milad anak-anak kesayanganNya
Jika mereka mencela, bernyanyilah dengan riang
Imam Zaman akan kembali, Imam Zaman akan segera kembali
itulah janji Tuhan kepada manusia
 


  Wahai burung bulbul,
ikutlah menari bersamaku
berkelana denganku
Sementara Tuhan belum membawaku
tinggal di rumah kekal-Nya
Di dunia fana ini kita harus bersuka cita
dalam cinta dan kehendak-Nya




 Wahai burung bulbul
Tersenyumlah untukku, sahabatku
Tuhan telah membuka Jalan
Jika mereka menghinaku, menarilah bersamaku!
sebab Dia sendirlah yang akan menemuiku
itulah janji Tuhan kepadaku
 


 
(Chen Chen Mutthahari; Pondok Gede, 22 Desember 2010, jam 15.30)


O Bulbul


O Dear Bulbul!
Come to my window's room!
Don't you hear me?
In this room, silent and dusted
My castle is surrounded by water from all directions
I can only see the blue sky
Lotus flowers are floating quietly 

Jesus, Jesus, where do You leave me?
O my dear father Husain, where do You go?

Why, you whispered 
Why do I cry,
Weeping for the swords and the cross
which has satisfied, savored,
the bloody dish of the Heaven's leaders

A woman exclaimed so loud

I come from Heaven
I bring the Truth
Leave the weeping
Leave the devotions
God has prepared the hell
For those who commemorate
Maulid and Haul of the children of God

O Dear Bulbul!
I only see the sky
from my window's room
the lake is so wide, but
there are even wider, the sea
and the flowing river
from the heavenly garden
 
Why, you whispered, so soft ?
Why you doubt this way?
Why you doubt yourself calling
your own mother and fathers' name?

Mother Mary, Mother Mary, my Mother, this is me...
Mother Fatima, O Az-Zahra, take my hand...

I am a woman too 
Not from the Heaven
Nor I bring the Truth
I merely a lover
Drunk of love
The wine of God I have taste
And O, You, a woman with full niqab
The veil that covers your whole body
that has veiled you from His Face

I have flew to the twelve stars
to the West and to the East
I testified God by myself 
and I hugged Him like I hug my mom

While you busy flapping the flags of Islam
Everywhere you call out
the Light of God is only for your own tribe

I have testified I see Him
Every where I go I see Him
Every way I look at the mirror I see Him

That it is there the wide Heaven
is prepared for your nation
And here lies the world you called hell
an firdaus Heaven for us

O Dear Bulbul!
I call your name
While singing 
While listening to music
I praise the prophets as 
I praise the warm light of sun
Without them it would be possible
I grew this way

Why do you anxious, you said
Why do you worry of everything
Why do you fear of getting thin, you emphasized
The Four Books has been served 
as fruits from Eden for you
and the other Holy Books are the storerooms of Milk

A woman so busy deals with heaven and hell
While my work is nothing but persueGod
Come back, O Come back, Don't leave me alone!

My teachers grabbed my soul tenderly
Those shepherds play the flute
Bring me out to the fertilized green field
Weep on the Haul day of God's lovers
Greet on  the Milad day of His beloved children
If they denounce you, sing happily
Imam Zaman will return, Imam Zaman will return soon
that is the promise of God to men

O Dear Bulbul,
let's dance together with me
wandering with me
while God has not yet take me
live in His eternal home
on this earth we shall be joyful
in His love and in His will

O Dear Bulbul
Smile for me, my best friend
God has opened the Path
if they insult me, dance with me!
because He himself will meet me
that's what His promise to me


(very rough translation, Pondok Gede 22 Desember 2010, at 15.30)


Slopeng Beach, Madura Island
 
My Favourite Comment:


  • Thomas McElwain  Beautiful poem, nicely wrought in Alevi-Bektashi tradition but with completely modern experience, foundation, and immediacy.
"Heaven is not yours, nor mine, not ours at all, my Dear Cousin. Heaven is Him."

Sources of Pictures:
birdingintaiwan.org
http://www.flickriver.com/photos/33132363%40N06/3820983148/
flickr.com
http://www.macwallpapers.eu/wallpaper/1600x1200-Winter-in-Heaven/
streetjesus.info
guardian.co.uk
http://i148.photobucket.com/albums/s9/holidayit/RaysOfLightThoughtCastleWindow.gif 
wfx.us
reflectiveimages.com
kepuncakmahligaikarya.blogspot.com 
jrcompton.com 
home-and-gardening.info
aperturefirst.org
haryana-online.com
ifood.tv 
ngm.nationalgeographic.com 
jaminstinziano.blogspot.com 
itawambahistory.blogspot.com 
berro.com 
prairiefrontier.com