Surat
Untuk Kekasihku di Biara di Atas Bukit
Untuk
kekasihku yang
Memilih
melayani Tuhan
Di
biara indah itu…
Setiap
malam aku terkenang dirimu
Aku
teringat duduk di tepi jendela
Menjelang
Natal hanya termangu
Menanti
salju turun di Jakarta .
Aku
teringat akan air yang juga membeku
Air
yang mengalir dari mata
Yang
jatuh menggenang di hatiku.
Aku
ingat memudarnya titik cahaya
Setelah
kutinggalkan gereja tua
Tempat
kita pernah menumpahkan rindu.
Setiap
menjelang Natal
Sebagian
saudara-saudaraku
Melarangku
mengucapkan Selamat Natal
Kepadamu.
Aku
tak peduli, Sayangku.
Setiap
menjelang Natal
Aku
selalu merindukanmu
Mengenang
setiap pesta perjamuan Natal
Di biaramu.
Aku menunggu salju turun
Walau harus seribu tahun,
Aku selalu menyimpan cintamu
Jauh di dalam lubuk hatiku.
Mereka mungkin belum tahu
Setiap cerita yang pernah
kusampaikan
Kepadamu.
Berjam-jam kita duduk bersatu
Bicara tentang kehidupan dan kematian
Di biaramu.
Bicara tentang kehidupan dan kematian
Di biaramu.
Aku seorang darwis dari
tarekat
Asing yang tak pernah dikenal.
Aku mengembara mencari berkat
Seperti kehidupan yang kaukenal.
Seperti kehidupan yang kaukenal.
Kemurnian, ketaatan,
kemiskinan.
Aku juga memohon mengharapkan
Kiranya para mursyid agung
berkenan
Membimbing kami dalam
perjalanan.
Khidir, Ilyas, Isa, dan
Al-Mahdi
Semoga kami diundang ke dalam
komuni
Empat pir yang agung dan
suci,
Setiap detik, setiap menit,
setiap hari.
Setiap tarikan dan hembusan
nafas kami.
Untuk
kekasihku yang
Memilih
melayani Tuhan
Di
biara indah itu…
Isa al-Masih, Yesus Kristus
terkasih.
Tak peduli bagaimana baginda
dipanggil.
Kekasihku,
Kita berdua sama-sama
mencintainya.
Kita berdua sama-sama
mengetahuinya,
Mengetahui hari Natal bisa dirayakan
Kapan saja.
Mengetahui kau mencintainya
Dengan duduk bersimpuh dan
memujanya,
Dan aku pun mencintainya
Dengan duduk memohon wasilahnya.
Isa al-Masih, Yesus Kristus
terkasih,
Tak peduli bagaimana baginda
dipanggil.
Kekasihku,
Kita berdua sama-sama
mencintai ibunya.
Ibunya yang suci yang
dikandung tanpa noda.
Ibunya yang agung yang
dipelihara dari dosa.
Maryam, Maria,
Tak peduli bagaimana
memanggilnya.
Kita berdua sama-sama memohon
didoakan
Meski dengan sepasang tangan
yang tak sama,
Meski dengan cerita kelahiran
yang tak sama,
Kita berdua sama-sama
memujinya luarbiasa.
Maria, oh Maria,
Ibumu dan ibuku juga. Ibu
kita berdua.
Kekasihku,
Mereka melarangku mengucapkan
Salam kepada ibu kita, kepada
putranya
Pada hari yang diperingati
Untuk mengenang hari ibu kita
Melahirkan putranya dengan
sepenuh daya?
Tidak, tidak, jangan cemas
kekasihku.
Aku akan mengucapkan
Selamat Natal kepadamu, untuk
ibu kita.
Untuk putranya yang telah
membimbingku
Pada hari-hariku yang sunyi
sepi
Di ibukota negerimu.
Maria oh Maria,
Ibu kita, di dalam kitab suci
yang kuimani
Dia melahirkan putranya
dengan airmata penderitaan,
Hanya mereka yang tidak
pernah mengerti
Kesakitan dan penderitaan
seorang ibu yang melahirkan,
Yang melarangku mengucapkan
salam untuk ibu kita,
Untuk putranya, yang
bercahaya sepanjang masa.
Untuk
kekasihku yang
Memilih
melayani Tuhan
Di
biara indah itu…
Setiap
malam aku terkenang dirimu
Aku
teringat duduk di tepi jendela
Menjelang
Natal hanya termangu
Menanti
salju turun di Jakarta .
Aku
teringat akan air yang juga membeku
Air
yang mengalir dari mata
Yang
jatuh menggenang di hatiku.
Aku
ingat memudarnya titik cahaya
Setelah
kutinggalkan gereja tua
Tempat
kita pernah menumpahkan rindu.
Tahukah
engkau, Sayangku
Sering sekali aku berbisik di
hati,
“Santo Petrus, Santo Petrus
Kapan aku diundang ke rumahmu
lagi?
Seperti waktu-waktu itu di
kotamu,
Menangis meratapi kegilaan
zaman,
Meratapi para pencinta Yesus
Yang tak pernah berhenti
berkelahi,
Rindu aku untuk bersimpuh
memohon wasilah
Di bangku kayu rumahmu.
Santo Petrus, Santo Petrus,
Aku juga merindukan putra
dari putrimu
Mengharapkan bimbingannya,
Dalam setiap langkahku.”
Berjam-jam kita duduk bersatu
dalam kereta,
Menempuh perjalanan dari kota ke kota ,
Dari gereja ke gereja, dari
biara ke biara,
Kita berbicara tentang cinta.
Tentang cinta.
Sebab aku mencintai ibu kita,
Sebab aku mencintai putranya,
Sebab aku mencintaimu,
Dan engkau pun mencintaiku.
Kuucapkan,
“Selamat Natal!”
Kapan pun. Di mana pun.
Mari kita berpesta di
rumah-rumah
Mereka yang menderita,
Berbagi cinta kasih yang
pernah kita rasakan
Kepada mereka.
Kekasihku,
Betapa anehnya
Semakin kita membagi cinta
kita,
22 Desember 2013