Dalam kenanganku,
sahabat kecilku yang sekarang tak lagi utuh kuingat.
yang sekarang tak lagi menarik perhatianku.
yang tak lagi kubenci.
cerita dan sekarang tak pernah lagi kudengar kabar mereka.
tetapi kini tak akan pernah melayaniku lagi.
tempat dulu aku tinggal yang sekarang tak lagi akrab.
dulu yang sekarang tak mungkin kudiami lagi.
Di tepi pantainya adikku biasa memungut kerang-kerang,
yang sekarang di sana
semuanya telah hilang tiada.
dan meskipun kembali ke sana , tak lagi ia menggigit sepatuku.
Seperti pakaian, aku tak lagi mengenakan sepatu yang sama,
Tidak selama dua puluh tahun dengan ukuran yang itu-itu
saja.
Apakah engkau masih bertanya tentang sampai kapan
Kita akan bertemu dan bilakah gerangan kita akan berpisah?
Waktu, hari dan jam telah menjauhkan aku dari
Menikmati saat ini.
Sewaktu kujejaki Italia, aku menikmati semuanya
tanpa memikirkan tanggal persis kepulanganku.
Aku tahu aku akan berpisah dengan orang-orang
dan mungkin tak akan pernah kembali menyusuri
jalan-jalan yang sama.
bukanlah mereka bunga-bunga yang sama.
lagi bukanlah yang sama sebab mereka telah tersapu
hilang oleh angin dan tertelan salju.
yang jika pun aku kembali bukanlah penyanyi yang sama.
yang meski kelak bertemu lagi bukanlah tatapan yang sama.
tulangku, selimut yang membungkus tubuhku,
dan jendela lebar menatap separuh kota Roma purba,
yang merupakan pengalaman yang telah berakhir bagiku.
Dan tentu saja,
Coklat hadiah dari Jan, secangkir cappuccino traktiran A.J.,
Payung pemberian Avner, pizza Mesir dari Saba ,
Bonus makanan dari Fida, obat-obatan dari David,
Pelajaran bahasa dari Muhammad, jaket tebal
pinjaman Fiodor atau cerita dalam bahasa yang
asing bagiku dari Thornike. Semua itu kutahu,
saat itu juga, akan menjadi kenangan.
Tetapi, kunikmati, ya kunikmati.
Sebab itu, apakah mengherankan
yang tak dapat mengisinya lagi.
kemudian Tuhan mengambilnya dariku.
tak lagi menggairahkan untuk kujaring.
tetapi sekarang tak lagi membuatku takjub.
Tidak mengherankan meskipun pintu-pintu semuanya
kubuka lebar, meskipun jendela-jendelanya tidak kututup,
meskipun kuhirup dari dalam kediamanku sendiri
udara musim hujan yang segar…
Tetapi aku mengenal mana yang kekal dan mana
yang hanya sementara waktu saja.
Aku tak bisa berpura-pura untuk mengatakan
bahwa petualangan-petualangan yang dulu hendak kuulang
kembali.
Aku tak bisa menipu diriku lagi untuk menyatakan
aku masih pendekar yang tangguh pada pertempuran itu,
pertempuran-pertempuran yang dulu itu.
Dan ada musuhku yang berbalik menjadi sekutuku.
Ada seseorang yang pernah mengatakan padaku
Dia tidak akan pernah meninggalkan aku, atau
melupakan aku. Tetapi akhirnya dia meninggalkan aku,
dan mengabaikan aku.
Tetapi, ada seseorang yang pernah mengatakan
Dia tak ingin mengingatku lagi, tetapi dia kembali
dan tersenyum memelukku hangat di dalam hatinya.
Demikianlah mereka - yang berubah itu - guru-guruku
mengajariku. Mendidikku.
Ada seseorang yang pernah mengatakan padaku
Dia tidak akan pernah meninggalkan aku, atau
melupakan aku. Tetapi akhirnya dia meninggalkan aku,
dan mengabaikan aku.
Tetapi, ada seseorang yang pernah mengatakan
Dia tak ingin mengingatku lagi, tetapi dia kembali
dan tersenyum memelukku hangat di dalam hatinya.
Demikianlah mereka - yang berubah itu - guru-guruku
mengajariku. Mendidikku.
Tetapi cukuplah aku berenang mengikuti arus
Meskipun aku berusaha untuk tidak hanyut dan tenggelam.
Aku hanya mengikuti air yang mengalir,
meskipun aku tak ingin terseret meninggalkan
jalan yang telah menemukan aku,
dan mimpi besarku sendiri.
Saat menulis puisi ini, sekarang ini,
Aku telah bersikap lebih berani,
Tentu saja sedikit lebih kuat, bangkit dengan ketetapan
hati.
Tetapi aku tidak tahu bagaimana nanti.
Aku tidak selalu kuat dan pemberani,
Seperti ada yang pernah datang dan ada yang akhirnya pergi.
Aku, dan setiap orang pada hakikatnya,
Menjalani hidupnya sendiri-sendiri.
Orang-orang mungkin terlahir kembar,
ada jantung atau kepala yang berbagi satu tubuh,
juga ada yang dikumpulkan dalam satu lubang liang lahat.
Tetapi jiwa mereka tidak pernah berbagi:
Satu jiwa untuk dua tubuh.
Begitulah keberadaan. Begitulah ada.
Begitulah Sang Ada .
Dia mengajariku tentang yang datang dan pergi,
yang hidup dan yang mati, yang lahir dan yang terkandung,
yang sekarang dan yang lalu,
tapi merahasiakan yang akan datang.
Dia ingin aku menikmati saat ini.
Dia ingin aku selalu bahagia,
dan terus mengajari aku untuk
bertanya pada diriku sendiri apakah aku bahagia hari ini?
karena itu Dia memperkenalkan aku pada penderitaan,
perpisahan, dan rasa sakit demi rasa sakit.
Penderitaan bagaimana pun adalah guruku,
dan telah membawaku sampai ke sini.
Dan aku masih bertahan.
Penderitaan bagaimana pun adalah guruku,
dan telah membawaku sampai ke sini.
Dan aku masih bertahan.
Dia ingin aku menikmati saat ini,
dan berhenti jika aku tidak sanggup lagi menanggung beban.
Dia sendiri yang mengatakan padaku,
“Aku tidak memikulkan ke bahumu melebihi kapasitasmu.”
Dan, aku harus tahu diri.
Tahu diri itu…bukankah
Jalan menuju Dia?
No comments:
Post a Comment