A View From Passionisti

A View From Passionisti

Tuesday, 10 December 2013

ADA



Dalam kenanganku,
Ada masa-masa menyenangkan yang kulalui bersama para
sahabat kecilku yang sekarang tak lagi utuh kuingat.
Ada pria-pria menawan yang duduk di bangku sebelahku
yang sekarang tak lagi menarik perhatianku.
Ada dosen-dosen dan guru-guru yang menjengkelkan 
yang tak lagi kubenci.

Ada gadis-gadis sahabatku yang bertahun-tahun berbagi
cerita dan sekarang tak pernah lagi kudengar kabar mereka.
Ada para pengagumku dari masa muda beliaku dengan
surat cinta mereka yang kini sudah enggan menyapaku.
Ada pembantu-pembantu keluargaku yang sabar melayaniku
tetapi kini tak akan pernah melayaniku lagi.
Ada wajah-wajah yang akrab di sepanjang koridor dan kantin
tempat dulu aku tinggal yang sekarang tak lagi akrab.
Ada sebuah rumah di bibir pantai Batu Uban kediamanku
dulu yang sekarang tak mungkin kudiami lagi.
Di tepi pantainya adikku biasa memungut kerang-kerang,
yang sekarang di sana semuanya telah hilang tiada.
Ada rumput-rumput liar USM yang dulu menggigit sepatuku
dan meskipun kembali ke sana, tak lagi ia menggigit sepatuku.
Seperti pakaian, aku tak lagi mengenakan sepatu yang sama,
Tidak selama dua puluh tahun dengan ukuran yang itu-itu saja.
Apakah engkau masih bertanya tentang sampai kapan
Kita akan bertemu dan bilakah gerangan kita akan berpisah?
Waktu, hari dan jam telah menjauhkan aku dari
Menikmati saat ini.

Sewaktu kujejaki Italia, aku menikmati semuanya
tanpa memikirkan tanggal persis kepulanganku.
Aku tahu aku akan berpisah dengan orang-orang
dan mungkin tak akan pernah kembali menyusuri
jalan-jalan yang sama.
Ada bunga-bunga mandorli yang jika pun aku kembali
bukanlah mereka bunga-bunga yang sama.
Ada daun-daun musim gugur yang jika pun aku datang
lagi bukanlah yang sama sebab mereka telah tersapu
hilang oleh angin dan tertelan salju.
Ada merdu kidung dari kapel di depan kamarku,
yang jika pun aku kembali bukanlah penyanyi yang sama.
Ada sepasang mata biru yang begitu menawan,
yang meski kelak bertemu lagi bukanlah tatapan yang sama.
Ada air mata yang jatuh ke bantalku, dingin menusuk
tulangku, selimut yang membungkus tubuhku,
dan jendela lebar menatap separuh kota Roma purba,
yang merupakan pengalaman yang telah berakhir bagiku.
Dan tentu saja,
Coklat hadiah dari Jan, secangkir cappuccino traktiran A.J.,
Payung pemberian Avner, pizza Mesir dari Saba,
Bonus makanan dari Fida, obat-obatan dari David,
Pelajaran bahasa dari Muhammad, jaket tebal
pinjaman Fiodor atau cerita dalam bahasa yang
asing bagiku dari Thornike. Semua itu kutahu,
saat itu juga, akan menjadi kenangan.
Tetapi, kunikmati, ya kunikmati.

Sebab itu, apakah mengherankan
Ada seseorang yang pernah bertahun-tahun hidup mengisi hatiku
yang tak dapat mengisinya lagi.
Ada seseorang yang sangat mencintaiku dan kucintai
kemudian Tuhan mengambilnya dariku.
Ada banyak kupu-kupu yang dulu kukejar dan kemudian
tak lagi menggairahkan untuk kujaring.
Ada bintang-bintang yang dulu hendak kugapai
tetapi sekarang tak lagi membuatku takjub.
Tidak mengherankan meskipun pintu-pintu semuanya
kubuka lebar, meskipun jendela-jendelanya tidak kututup,
meskipun kuhirup dari dalam kediamanku sendiri
udara musim hujan yang segar…
Tetapi aku mengenal mana yang kekal dan mana
yang hanya sementara waktu saja.

Aku tak bisa berpura-pura untuk mengatakan
bahwa petualangan-petualangan yang dulu hendak kuulang
kembali.
Aku tak bisa menipu diriku lagi untuk menyatakan
aku masih pendekar yang tangguh pada pertempuran itu,
pertempuran-pertempuran yang dulu itu.
Ada seorang kawan yang kini telah menjadi lawanku,
Ada seorang lawanku yang kini telah menjadi kawanku,
Ada sekutu-sekutu yang kini telah menjadi musuh-musuhku,
Dan ada musuhku yang berbalik menjadi sekutuku.
Ada seseorang yang pernah mengatakan  padaku
Dia tidak akan pernah meninggalkan aku, atau
melupakan aku. Tetapi akhirnya dia meninggalkan aku,
dan mengabaikan aku.
Tetapi, ada seseorang yang pernah mengatakan
Dia tak ingin mengingatku lagi, tetapi dia kembali
dan tersenyum memelukku hangat di dalam hatinya.

Demikianlah mereka - yang berubah itu - guru-guruku
mengajariku. Mendidikku. 
Tetapi cukuplah aku berenang mengikuti arus
Meskipun aku berusaha untuk tidak hanyut dan tenggelam.
Aku hanya mengikuti air yang mengalir,
meskipun aku tak ingin terseret meninggalkan
jalan yang telah menemukan aku,
dan mimpi besarku sendiri.

Saat menulis puisi ini, sekarang ini,
Aku telah bersikap lebih berani,
Tentu saja sedikit lebih kuat, bangkit dengan ketetapan hati.
Tetapi aku tidak tahu bagaimana nanti.
Aku tidak selalu kuat dan pemberani,
Seperti ada yang pernah datang dan ada yang akhirnya pergi.
Aku, dan setiap orang pada hakikatnya,
Menjalani hidupnya sendiri-sendiri.
Orang-orang mungkin terlahir kembar,
ada jantung atau kepala yang berbagi satu tubuh,
juga ada yang dikumpulkan dalam satu lubang liang lahat.
Tetapi jiwa mereka tidak pernah berbagi:
Satu jiwa untuk dua tubuh.

Begitulah keberadaan. Begitulah ada.
Begitulah Sang Ada.
Dia mengajariku tentang yang datang dan pergi,
yang hidup dan yang mati, yang lahir dan yang terkandung,
yang sekarang dan yang lalu,
tapi merahasiakan yang akan datang.
Dia ingin aku menikmati saat ini.
Dia ingin aku selalu bahagia,
dan terus mengajari aku untuk
bertanya pada diriku sendiri apakah aku bahagia hari ini?
karena itu Dia memperkenalkan aku pada penderitaan,
perpisahan, dan rasa sakit demi rasa sakit.
Penderitaan bagaimana pun adalah guruku,
dan telah membawaku sampai ke sini.
Dan aku masih bertahan. 
Dia ingin aku menikmati saat ini,
dan berhenti jika aku tidak sanggup lagi menanggung beban.
Dia sendiri yang mengatakan padaku,
“Aku tidak memikulkan ke bahumu melebihi kapasitasmu.”

Dan, aku harus tahu diri.
Tahu diri itu…bukankah
Jalan menuju Dia?

Aku Ada. KataNya.

10 Desember 2013.



No comments: