Bibi Miryam:
Bunga-bunga kuning mekar di tepi lebuh raya,
Kuda-kuda mekanis melaju dalam kepadatan.
Desahku dalam hening merindukanmu jua,
Pancaranmu manis namun samar terhijabkan.
Bibi Zulaekha:
wangi lavender membias lembut
tenangkan sejenak penat di raga
gejolak rasa bagaikan ombak
tak henti memecah karang
mengusik jiwa
biarkan rasa ku terbang
ke tempat yang ditujunya
rasakan seteguk cawan kegilaan
kegilaan yang mendamaikan.
Bibi Miryam:
Dalam diam aku melayang lenyap tidak terkesan bagai debu,
Sebab, cahaya senyumanmu telah membuatku jatuh berseru:
"Aku merindukanmu yang memantulkan bayang-bayang kelabu,
Tetapi, bahkan pantulanmu pada cermin jauh itu berkabut biru!"
Bibi Zulaekha:
Kenari kecil terpaku di pinggir jendela
menatap dunia nun jauh disana
mentari dengan hangat sinarnya
kerinduan yang memenuhi jiwa
kepada Bulbul sahabatnya,,
ia berkata
"Wahai Bulbul,, rasa ku tlah buatku merana
kerinduan yang membuncah dalam jiwa
sayatan yang buatku menderita
belenggu tak terlihat ... namun begitu terasa ..."
Bulbul menjawab dengan kicauan
"Wahai kawan,, tak hanya kau yang menyimpan
kerinduan ...
Tentang hujan,, dan awan
di negeri Kebijaksanaan
sungai yang airnya mengalir dalam cawan ...
melenakan namun tak memabukkan ....
Bersabarlah kawan,,
takkan lama lagi penantian...
dan cerita kerinduan ..
akan tersampaikan....."
Bibi Miryam:
Wahai kenari,
Kutitipkan kepada angin yang berhembus,
Senandung yang kusimpan sendiri...
Langit yang biru luas terhampar
Hati yang berada jauh melampaui
Besok semoga angin melemparku jauh
Ke dalam pondok kayumu.
No comments:
Post a Comment