Sebuah cawan dengan tiga kekuatan yang
Menampung ilmu yang utama,
Terseok-seok berjalan dengan beban yang sebesar itu.
Dia menemukan sebuah jalan, yang lurus terbentang,
Kemudian ketika hendak melanjutkan perjalanan,
Seberkas cahaya yang luarbiasa indah menawan
Memikat, mendorongnya untuk tetap berjalan,
hampir ia melepaskan keagungan yang dipikulnya,
Cahaya dan Jalan itu, seakan-akan menuangkan
diri mereka di hadapan cawan,
Dengan segenap daya yang terpancar dan terhampar,
mereka mendorongnya untuk sekali mencoba
untuk menanggung keagungan yang melebihi
kapasitasnya. Ia akhirnya tersenyum dan
berjalan tertatih-tatih sementara mereka
tetap menggandengnya. Sekali lagi, katanya,
untuk yang terakhir kalinya. Mereka tahu
sebab Jalan membutuhkan kekuatan untuk
menopang mereka yang masuk dan melangkah,
dan Cahaya hanya dikenali pada ilmu yang utama,
sebagai cawan ia berkata, "tebasan pedang yang suci
memancarkan memendarkan seluruh keelokanmu,"
dan ia berkata, "duhai siapa gerangan yang akan
merebahkan dirinya pada hamparanmu?
anggur apa yang nanti dituangkan ke dalamku?"
Terlalu sering merasa letih dan lelah untuk bersuara,
cawan hanya ingin dituangkan anggur terbaik
yang kudus dan tercurah langsung dari langit,
bukan anggur palsu yang hanya dapat memabukkan.
Tetapi entah bagaimana ia tahu semua ini hanya
sementara. Sebab takdir yang mempertemukan
hujan yang tertumpah dari cawan, cahaya yang
berkabut, dan jalan yang bersemak belukar,
menyatu dalam sungai yang berkelak-kelok
ke satu lautan samudra.
Pondok Gede -- 18 Zulhijjah -- 2013
Menampung ilmu yang utama,
Terseok-seok berjalan dengan beban yang sebesar itu.
Dia menemukan sebuah jalan, yang lurus terbentang,
Kemudian ketika hendak melanjutkan perjalanan,
Seberkas cahaya yang luarbiasa indah menawan
Memikat, mendorongnya untuk tetap berjalan,
hampir ia melepaskan keagungan yang dipikulnya,
Cahaya dan Jalan itu, seakan-akan menuangkan
diri mereka di hadapan cawan,
Dengan segenap daya yang terpancar dan terhampar,
mereka mendorongnya untuk sekali mencoba
untuk menanggung keagungan yang melebihi
kapasitasnya. Ia akhirnya tersenyum dan
berjalan tertatih-tatih sementara mereka
tetap menggandengnya. Sekali lagi, katanya,
untuk yang terakhir kalinya. Mereka tahu
sebab Jalan membutuhkan kekuatan untuk
menopang mereka yang masuk dan melangkah,
dan Cahaya hanya dikenali pada ilmu yang utama,
sebagai cawan ia berkata, "tebasan pedang yang suci
memancarkan memendarkan seluruh keelokanmu,"
dan ia berkata, "duhai siapa gerangan yang akan
merebahkan dirinya pada hamparanmu?
anggur apa yang nanti dituangkan ke dalamku?"
Terlalu sering merasa letih dan lelah untuk bersuara,
cawan hanya ingin dituangkan anggur terbaik
yang kudus dan tercurah langsung dari langit,
bukan anggur palsu yang hanya dapat memabukkan.
Tetapi entah bagaimana ia tahu semua ini hanya
sementara. Sebab takdir yang mempertemukan
hujan yang tertumpah dari cawan, cahaya yang
berkabut, dan jalan yang bersemak belukar,
menyatu dalam sungai yang berkelak-kelok
ke satu lautan samudra.
Pondok Gede -- 18 Zulhijjah -- 2013
No comments:
Post a Comment