A View From Passionisti

A View From Passionisti

Sunday, 2 October 2011

Perjalananku di Leggiuno dan Venesia

Gereja di atas Batu dan Rumah St. Carolus Boromeus.

27 September 2011

Sebelum melakukan perjalanan hari ini, aku ingin melihat bagaimana keadaan misa yang dilakukan tiap hari di Pizzighettone. Menurutku, pada umumnya warga Pizzighettone adalah orang-orang Katholik yang taat pergi ke gereja. Kebanyakan warganya adalah orang-orang tua karena kudengar orang Italia asli tidak memiliki banyak anak atau bahkan tidak ingin punya anak. Misa harian yang bukan misa Minggu adalah misa yang pendek yang berlangsung sekitar 20 menit tanpa khotbah, dilakukan pada jam 9 pagi, dan gereja di Pizzighettone yang kudatangi (ada 5 gereja di kota kecil ini) pada misa pagi itu diisi sejumlah jemaat yang menurutku terbilang lumayan banyak untuk ukuran sebuah kota kecil. Tentu, anak-anak muda atau orang muda tidak ikut misa harian karena mereka mesti bekerja atau sekolah pada jam yang sama. (Foto-foto dan lain-lain akan dibahas dalam artikel khusus Pizzighettone).




St Caterina del Sasso
 Hari Selasa ini kami bertiga mengunjungi gereja Santa Catherina del Sasso, artinya gereja St. Katherina di atas batu. Namun, karena kami tersesat kami terlambat sampai di gereja yang ditutup untuk turis pada jam 12 siang dan baru buka lagi jam 2.30 sore. Di Italia, orang-orangnya cukup ramah dan hangat, selama kita berbahasa Italia, mereka akan selalu siap menolong jika seseorang tersesat atau bertanya. Bahkan, di dalam lift atau berpapasan di jalan dengan orang yang tidak mereka kenal pun mereka akan menyapa dengan ramah. Kemudian kami pergi makan siang di tepi Danau Maggiore yang indah, sebuah danau dengan tiga pulau kecil masing-masing dengan kastil di atasnya.

Setelah itu, kami pergi mengunjungi patung St. Carolus Boromeus yang amat besar. Di samping patung itu, menyeberang jalan berbukit, terdapat sebuah gereja yang ternyata di salah satu rumahnya merupakan kamar tempat santo tersebut lahir. St Carolus atau St Boromeus tentu sangat terkenal di Jakarta dan Bandung karena beliau merupakan santo pelindung bagi kedua rumah sakit terkenal tersebut.

Kemudian, kami menuju suatu gunung untuk menemui seorang pastor Xaverian yang telah mengabdi selama lebih dari 30 tahun di Indonesia, sebagian besar di Mentawai, yang sedang berlibur di kampong halamannya itu. Beliau, Padre Manochi, telah menjadi WNI. Pada waktu kami sampai, juga ada seorang suster dari Mentawai, Ronita.  Saat melewati sebuah kota kecil ke gunung itu, aku menemukan seorang wanita berwajah Persia berjilbab dengan dua anaknya berjalan di trotoar dengan riang. Hmm, kurasa dia juga melihatku di balik kaca mobil. Di belahan dunia ini (Italia), orang Muslim adalah minoritas, sedangkan orang Katholik adalah mayoritas.  Mereka memiliki jalanan yang bersih dan bagus (tidak rusak atau bolong-bolong), mereka ramah dan hangat, mereka memelihara kebersihan dan keindahan kota dengan baik (walaupun orang Italia tidak terlalu bersih seperti orang Eropa seperti Jerman), disiplin dalam banyak hal, dan mereka juga cukup religius. 

Gereja St. Caterina del Sasso


pemandangan dari gereja



gereja tutup untuk istirahat 


 menuruni tangga menuju gereja, naik lagi untuk pulang





Bersama Maria Luisa, ibu Matteo












tempat parkir: 


danau yang indah










berhenti untuk mengisi bensin


perusahaan bensin yang dulu milik Khadafi.



 St. Carolus Boromeus


- Perjalanan keliling monumen beliau dan rumah tempat beliau dilahirkan -



Pengrajin unik, yang mengukir dengan cahaya matahari dan menjual hasil karya di halaman monumen



Monumen sang santo











 Ruang tempat St.Carolus atau St Boromeus dilahirkan, di dalam tempat yang kini menjadi gereja.




Kereta kuno



Bilik tempat menceritakan dosa yang cukup unik dan bentuknya berbeda daripada bilik pengakuan dosa di gereja-gereja lain yang saya datangi


Dinding gereja abad pertengahan dihiasi lukisan-lukisan kisah Yesus (as) dan para muridnya dan para santo karena dulu orang tidak bisa membaca, jadi media lukisan digunakan sebagai bahan pengajaran





Motor untuk Mas Agus...(^_^)



Gereja tempat St Carolus atau St Boromeus
 dilahirkan 


memandang ke luar jendela dari dalam gereja


Perjalanan menuju Provese...memotret di sana sini tidak peduli hasil bagus atau jelek...









cerobong yang unik



pulau-pulau di tengah danau






di halaman rumah padre Monacchi, ke seberang gunung sudah menuju Swiss.











bersama padre yang bergaya professor Dumbledore



gua ini tempat mengambil batu marmer untuk Milan






Venesia

28 September 2011

Foto favorit saya! Karena saya tidak sengaja memotret ini...
Rabu. Kami bertiga berangkat pukul tujuh pagi menuju Venesia. Sepanjang perjalanan terkadang aku terlelap karena masih mengantuk. Aku masih sedikit bingung dengan waktu di sini, apakah ini terlalu pagi atau sudah kesiangan bangun. Di samping itu, udara cukup sejuk, sehingga aku mudah terbuai untuk tertidur dalam keadaan seperti ini. Dalam hal makanan, aku sudah mulai terbiasa menikmati roti, salad, pasta dan air putih dingin. Di Indonesia, aku jarang minum air putih dingin. Tetapi, di sini hanya kopi dan teh yang disajikan hangat. Aku juga mulai terbiasa menikmati secangkir kecil kopi Italia yang hitam dan pahit, yang kutambah gula agar aku bisa menghirupnya. Kadang-kadang dengan susu cair. Kopinya juga cukup kuat. Orang Italia cukup cerewet soal kopi, dan untungnya di Indonesia aku sudah terbiasa minum kopi.

Aku benar-benar menyukai kota ini. Seandainya punya sedikit lebih uang, mungkin mengasyikkan bisa naik gondola atau sampan melewati sungai-sungai kanal di Venesia. Tetapi, semuanya mahal di kota ini. Masuk gereja-gereja tua pun harus membayar, kecuali masuk Katedral. Matteo seorang room mengeluh karena katanya harus berdoa harus membayar, hehehe... Memang ini kota turis bukan kota biarawan… Turis begitu melimpah di mana-mana. Beberapa juga kulihat pasangan Muslim dari Iran atau Turki atau dari wilayah sekitarnya dengan ciri khas kerudung wanita mereka. Rombongan Indonesia juga ada. Beberapa orang Afrika secara illegal menjajakan tas produk Cina yang mirip dengan tas-tas Italia. Sepatu homyped-ku sampai rusak solnya  gara-gara terlalu banyak digunakan di atas jalan berbatu.

Di Katedral Venesia, turis bertas ransel tidak boleh masuk. Akibatnya, Romo Matteo seorang pastor Katholik tidak bisa masuk Katedral karena dia membawa tas ransel sedangkan seorang muslimah bisa ikut melihat misa di dalamnya! Hehehehe… Juga tidak boleh memotret, meski ada banyak turis nakal yang tetap memotret. Karena aku menghormati gereja, maka aku tidak melakukannya. Di Katedral biasanya ada banyak makam orang-orang penting, termasuk pejabat tinggi dan seniman terkemuka. Juga, di mana-mana katedral, khususnya di katedral ini, Perempuan dan laki-laki mesti berpakaian sopan tak boleh memakai rok mini, celana pendek atau you-can-see dan singlet. Kalau pakai baju seksi seperti itu, akan disuruh menyewa kain untuk menutupi aurat yang mereka pamerkan itu (hehehe).

Menyusuri Venesia memang sangat menyenangkan, melewati gang-gang kecil yang hanya boleh dilewati pejalan kaki, bahkan sepeda pun tidak boleh lewat. Namun, segala sesuatu cukup mahal di sini. Bahkan Matteo mengeluh karena masuk ke gereja pada umumnya mesti membayar tiket. Karena orang Italia terbiasa minum kopi secangkir kecil setelah makan siang dan makan malam, kami mencari kopi di luar restoran, dan minum kopi di “Kafe India” yang semua pegawainya berwajah Cina atau Korea. Matteo sangat terkejut menemukan sebuah buku tua tentang “FreeMason” di sebuah toko buku khusus menjual buku-buku antik. Ini seperti toko buku para penyihir dalam novel Harry Potter!
































buku tua



















































Pengamen bergaun




Sepertinya orang Afrika ini baru dari Mangga Dua mau jualan tas aspal











Mau beli tiket feri...































 




















Dermaga Ca'D'Oro. Singkatan dari Cassa D'Oro artinya Rumah Emas.




"Berjemur dulu ahh..."





Bebek kesepian...










Stasiun di tepi sungai












Selamat Tinggal Venesia...Arriverderci!







Mobil berukuran "Bajaj" untuk 4 orang. Muat untuk diparkir halaman rumahku yang sempit. Hehehe...




No comments: