A View From Passionisti

A View From Passionisti

Saturday, 6 August 2011

Menuju Taman (Puisi)





Menuju Taman

Aku pergi mencapai Bunga,
Di dalam Taman.
Ketika aku pergi
Terbang menuju ke mana dapat kuhirup harum Cinta,
Mengapa engkau melarangku
Atau diam-diam 
Atau terang-terangan mencelaku?



Tidakkah engkau juga mendengar,
Dari kejauhan pun
Kudengar sayup-sayup suara air
Mengalir ke telaga di dalam Taman,
Juga kepak-kepak sayap 
Kupu-kupu dan kumbang-kumbang
Yang berzikir sepanjang detik
Memuja Cinta.
Aku tidak sabar memijak
Rumput-rumputnya yang berembun,
Mereguk air itu menghapus dahaga jiwaku
Membasuh tubuhku membasuh noda dosaku.





Katakan padaku,
Bagaimana hendak memasuki Taman ini,
Dari langit, melewati awan-awan,
Terbang melintasi negeri lalu mendarat?
Jangan membual kalau kau punya sayap,
Seperti malaikat atau burung-burung
Yang lebih suci 
Daripada kabar-kabar burung yang kausebarluaskan:
Tentang kami yang berjalan menuju Taman
Dengan kaki telanjang
Melewati batu-batu kerikil dan onak duri!
Kami tidak punya sayap hanya punya sepasang kaki,
Tetapi itu jauh lebih cukup
Daripada sebuah kepala yang hanya bisa
Mengenalku dari fitnah 
Yang dilontarkan sejak Kabil (Kain) membunuh Habil,
Sampai kau memenggal Husain kami,
Dan air mata yang menenggelamkan masa lalu kita.



Di jalan ini, 
Kupetik daun-daun yang lembut,
Merona terangnya saat diterpa Cahaya,
Kuhamparkan di atas bumi,
Tanah sebagai sajadahku yang panjang.
Dalam pengabdianku kepada Cinta,
Daun-daun beraroma semerbak Surga itu,
Membentang juga supaya dapat
Kusambut Sang Pangeran saat sisa nafasku
Masih dapat berhembus
Atas izin-Nya.



Taman itu kutahu, tetapi kutidak memahami,
Sebab aku hanya manusia biasa,
Hatiku mengaduh, pedih, betapa perihnya,
Duhai Tuhanku,
Mengapa kaubiarkan ketidakadilan di dunia
Ini merajalela, sebagaimana kaubiarkan
Aku tertawa dan kekenyangan,
Sementara di belahan dunia lain
Mereka merangkak dan saling membunuh
Demi sepotong roti dan seteguk air?
Tanganku terlalu lemah, dan aku pun
Tidak dianugrahi singgahsana dan istana megah,
Seperti raja-raja dan orang-orang kaya
Yang hidup tiada kekurangan.
Tidak pula kauanugrahi aku karunia
Sebagai pemimpin partai politik 
Supaya aku juga bisa menjadi presiden,
Hanya ingin kukerahkan cinta bagi mereka
Tapi yang kupunya hanya kata-kata,
Doa yang menetes bersama air mataku.
Duhai Tuhanku, jika diizinkan menggandeng
Tangan semua orang ke dalam Taman,
Akan kulakukan tetapi Engkau sendiri
Yang memilih, bukan aku, bukan siapapun.



Ke Taman,
Izinkan aku
Masuk melalui Pintu Gerbang-Mu
Mencium ambang-Mu
Yang harum kesturi
Dari jauh pun aku sudah mabuk kepayang
Merindukan-Mu
Merindukan Bunga-bunga.



Di Jalan ini, menuju Taman,
Orang-orang di kiri menyangkal Engkau,
Memaksa aku membuktikan keberadaan Cinta,
Betapa tidak masuk akal dan irasional,
Segala mestilah dibuktikan secara ilmiah 
Juga secara material.
Orang-orang di kanan memuja Engkau,
Tetapi melarang ku memuji utusan-utusan Engkau
Sepenuh hati, mengunci Engkau dalam
Dunia mereka masing-masing, mengklaim
Merekalah yang paling benar, yang paling mulia,
Lagi paling saleh!
Duhai Cinta! Jangan biarkan aku terseret,
terseret kepada salah satunya.
Biarkanlah aku berada di Jalan ini,
Jalan Tengah ini,
Tanpa basa-basi teologi apalagi dalil 
Yang hendak menyumbat daun telingaku
Oleh ancaman neraka dan sesat menyesatkan.
Engkau tak perlu dibuktikan,
Engkau tak perlu diragukan. Begitu pun
Semua utusan dan ketetapan-Mu.
Tak ada yang perlu kuragukan,
Setiap kata dan setiap hurufnya!




Pergi aku ke Taman
Rindu ku mencium Bunga, menghirup Cinta,
Menuju Engkau!


Aku menari menuju Taman.
Aku menari berputar-putar mendengar Senandung Cinta.
Terimakasih seribu kali dalam satu putaranku
Seribu putaran dalam satu langkahku
Tangan-Mu hari ini telah meraihku kembali
Menggenggam dan memelukku begitu erat.

Terimakasihku karena meraihku di Jalan ini
Menuju Taman-Mu!


Semah minggu pertama Ramadhan 1432 H


Notes:

lukisan-lukisan dari koleksi wall pictures facebook ibu Beryl C. Syamwil

Wanita Iran oleh Shakiba



Giovani Da Costa: WanitaTurki
Jin Ming Li : Gadis Suku Yi







Fred Max Bredt
JF Lewis











Georges dell Acqua
Nasr Edienne Pinet

No comments: